Hidup dan Berdamai dengan Kerinduan

Episode 1
Gadis kecil itu ngambek, memonyongkan bibirnya hampir menangis.
Perempuan setengah baya itu menghela nafas.
"Mau nya apa?" tanya perempuan itu kepada si gadis kecil.
"Ayam goreng kriuk kriuk" jawab si gadis kecil.
Sekali lagi perempuan setengah baya itu menghela nafas.
"Sayang, ini enak kok. Tuh, liat emak makan. Hmmm.... enaknyoooo.... ternyata ini tempe goreng rasa ayam lho!"
Gadis kecil itu tidak jadi menangis.
Matanya mensiratkan keheranan, penasaran memandang tempe goreng di tangan ibunya.
"Coba deh mbk cicipin dulu"
Perempuan itu mengulurkan tempe goreng di tangannya. Ragu ragu tangan si gadis kecil terulur ke arah tempe goreng. Masih ragu-ragu dia memasukkan makanan rakyat itu ke mulutnya.
"Gimana? enak kan?"
"Nggak kayak ayam goreng mak!" si gadis kecil protes.
"Cobain deh satu gigit lagi. Kalo cuma satu gigit memang belum kerasa mbk"
Satu gigit lagi.
"Masih belum kayak ayam goreng mak" lapor si gadis kecil.
"Coba satu gigit lagi sayang"
"Belum kerasa"
"Coba satu gigit lagi"
Demikian dialog ini berulang sampe si gadis kecil menghabiskan 2 tempe goreng buatan ibunya.
"Emakk... emak bohong ya. Ini tempe goreng. Bukan ayam goreng kriuk-kriuk!" meskipun belum genap 8 tahun, rupanya si gadis kecil menyadari kelicikan ibunya.
"Hehe.... tempe gorengnya kriuk-kriuk nggak mbk?"
"Iya siiihhhh...."
"Enak?"
"Enak siiiih......"
Perempuan itu tersenyum. Dia berjongkok supaya tingginya sama dengan putrinya. Diambilnya tangan gadis kecil itu, diciumnya seraya berkata,
"Sayang, maaf ya, tadi emak bohong. Soalnya emak sedih kalo mbk pilih-pilih makanan. Kapan hari kan emak sudah membiarkan mbk memilih, terus mbk milih ayam goreng. Hari ini emak yang pilihin, mbk harus mau nyobain. Kan emak sudah bilang, kalo tempe goreng nggak kalah enaknya sama ayam goreng. Iya kan?"
Gadis kecil itu terdiam sebentar kemudian tersenyum.
"Iya, tempe gorengnya enak. Tapi besok berarti aku boleh pilih makanan ya mak?"
"Asal mbk nggak menolak makanan yang emak pilihin. Kan jadi adil. Setuju?"
"Okeee..."
Perempuan setengah baya itu tersenyum. Gadis kecil itupun ikut tersenyum.
"Ya sudah, sekarang mbk boleh main, tapi inget..."
"Pulang sebelum dhuzur. Iya, iya, aku inget"
Bergegas gadis kecil itu melepaskan diri dari tangan ibunya. Terbayang si Yati teman sepermainannya yang kemaren sudah janjian mau main masak2an.
Langkahnya terhenti sampai di ujung pintu.
"Mak... yang tadi itu berbohong demi kebaikan ya?"
Perempuan setengah baya itu terhenyak sebentar. Tidak tahu harus menjawab apa, hanya tersenyum ragu.
"Tapi kata pak ustad, berbohong itu tidak boleh. Meskipun demi kebaikan. Tapi emak tadi kan sudah minta maaf ya? Kata pak ustad, kalo orang minta maaf, harus dimaafkan".
Si gadis kecil bergegas berlari keluar rumah meninggalkan ibunya yang mengerutkan kening. Bibirnya tersenyum,
"Anak gadisku semakin pintar.." gumamnya. 

Episode 2
Si gadis kecil tidak lagi sekecil dulu. Sudah kelas 2 SMP, sudah besar.
"Berapa kali emak bilang, baca komik bolehnya hari minggu aja, pas liburan. Emak nggak mau pelajaranmu terganggu!"
Meskipun sudah sembunyi2, ibu tetap saja tahu kalo gadisnya sering mencuri-curi waktu membaca komik kesayangannya.
Si komik sudah berada di tangan ibu, sepertinya siap masuk ke keranjang sampah. Lihat saja tangan ibu sampai gemetaran memegang komik itu, seakan ingin merobeknya.
Gadis remaja itu diam saja, cemberut, dalam hati merasa bersalah, tapi terlalu takut mengakui kesalahan sehingga alkhirnya kemarahanlah yang muncul.
"PRnya sudah dikerjakan?" 
Diam.
"Jawab!"
"Belum"
"Nah kan? emak sudah bilang..."
"Iya, iya. Aku ngerti. Emak yang nggak pernah ngerti aku!"
Si gadis remaja setengah berlari menuju kamarnya, tanpa sadar membanting pintu kamar, meninggalkan ibunya dalam kegamangan.
"Apakah aku terlalu keras terhadap anakku sendiri?" perempuan itu membatin, ragu-ragu apakah dia telah melakukan kesalahan terhadap anaknya.
Perempuan itu tidak tahu, bahwa anaknyalah yang memang sulit berkompromi terhadap kedisiplinan ibunya. Perempuan itu tidak tahu, bahwa anaknya menyadari kesalahannya dan berniat mengubah kebiasaan buruknya, meskipun itu akhirnya menjadi niat yang berulang setiap waktu...

Episode 3
Perempuan itu sudah semakin tua dan mulai sakit-sakitan. Anak gadisnya sudah dewasa sekarang, sudah lulus kuliah dengan cemerlang dan mendapatkan pekerjaan yang baik. Perempuan itu seringkali merasa kesepian, karena anak gadisnya harus menetap di luar kota.
Gadis itupun semakin menyadari bahwa ibunya selama ini telah memberikan yang terbaik untuknya. Tempe goreng itu, larangan membaca komik itu, larangan keluar malem itu, keharusan belajar itu, semuanya, semuanya, adalah demi kebaikannya. 
Kini saat dia harus jauh dari ibunya, yang paling dirindukannya adalah tempe goreng itu, yang paling dikangeninya adalah larangan-larangan itu.
Perempuan tua itu merasa bangga, anak gadisnya telah menjadi seperti apa yang diharapkan semua orang tua terhadap anaknya. 
Perempuan itu telah menunaikan kewajibannya sebagai seorang ibu, yang terbaik dari semua yang terbaik di dunia...

Episode 4
Gadis itu termangu. Allah lebih menyayangi ibunya yang terbaik itu, maka Dia memanggilnya.
Kesedihannya tidak tertara, tapi sebagaimana dia belajar dari ibunya, kesedihan tidak boleh membuatnya berhenti bergerak. Dia tahu ibunya telah mengusahakan kebahagiaan untuknya, si gadis kesayangan. Maka yang bisa dia lakukan hanyalah menjadi bahagia, lain tidak. Persis seperti yang selalu disebut perempuan tua itu dalam setiap doanya.
Maka gadis itupun tidak lagi termangu. Dia tersenyum. Bersyukur bahwa dialah yang terpilih menjadi anak si perempuan tua. Kerinduan terhadap perempuan tua itu hampir setiap saat dia rasakan, tetapi dia tahu dia akan hidup dan berdamai dengan kerinduan itu sepanjang waktu selama usianya.
Gadis itu telah menikah dan telah pula menjadi seorang ibu. Dia mulai belajar mengatasi perasaan cintanya yang amat sangat terhadap anaknya.
Gadis itu belajar, bahwa setiap ibu mempunyai pertarungannya sendiri dalam membesarkan anak-anaknya. Dia hanya berharap, semoga dia bisa menjadi ibu terbaik bagi anak-anaknya, sebagaimana perempuan tua itu telah menjadi yang demikian baginya....



 


 

 

Komentar

  1. ayu ibuk daripada mba Nu;)
    kissu buat ghozy ya:-*

    BalasHapus
  2. Yeeeeeyyyyy, fakta yg semua org tau kayaknya...
    Kamu nge bulog ora me? Sini tak follow!

    BalasHapus
  3. Hiks hiks.... Seperti biasa...ceritamu menyentuh hatiku.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasihhhh..... aku anggap itu pujiam. ;)

      Hapus
  4. jd inget ibu mu rul..prnh suatu ketika ak dengar beliau berkata..kalo kita berhenti mengucap istighfar mk rumah yg ada di surga berhenti pula pembangunannya..ingeeeet bgt mpe skrg..hihi

    BalasHapus
  5. @ putri : hehe... selagi ibu masih ada put, berusahalah untuk selalu berbakti, sebelum dia terlalu tua dan terlalu letih menunggu baktimu. :)

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer