Melewatkan masa tua yang damai, bersamamu

Tiba-tiba kepikiran apa yang akan dilakukan setelah pensiun nanti?
Sekitar 27 tahun yang akan datang?

Membayangkan.
Sebuah desa kecil dengan kehidupan yang damai. Sebuah tempat yang rasanya semua rutinitas berjalan lambat. Sebuah komunitas guyub dan saling mengenal. Adat istiadat masih dipegang erat. Masjid selalu penuh saat adzan berkumandang. Masih kita temui pucuk2 pohon labu di pekarangan orang. Atau ayam berkokok di sudut lapangan tempat anak-anak berkumpul bermain bola tanpa alas kaki.

Sebuah rumah sederhana dengan atap tinggi. Dengan jendela di sana-sini. Tidak terlalu besar, tapi jumlah kamarnya cukup untuk menampung saudara yang sering datang dan pergi. Atau cucu-cucu saat liburan sekolah dimulai.
Rumah dengan ruang tamu yang tidak telalu besar, dengan kursi tamu dari kayu dan rak buku di pojokan. Sebuah foto keluarga dipasang. Keluarga besar. Di sudut lain dinding, seni kaligrafi terpampang.
Kemudian kita bertemu dengan ruang keluarga. 
Televisi di sudut. Rak buku lagi. Sofa bed yang empuk dan karpet yang tebal. Jendela di hampir setiap dinding luar. Radio kecil terpasang di dekat televisi. Hampir mendekati ruang makan, ada seperangkat PC yang terhubung dengan jaringan internet, dekat dengan telepon rumah.
Ruang makannya sederhana. 
Tidak terlalu luas, hanya sebuah meja persegi dan 4 kursinya. Semuanya dari kayu. Ada vas bunga kecil di tengah meja makan.
Kamar-kamar. 
Ada 1 kamar utama, dengan jendela yang sangat lebar. Dipan yang lebar, lemari pakaian, dan meja rias kecil. Tidak ada kamar mandi dalam. Tiga kamar lainnya dipersiapkan untuk tamu yang menginap dan para cucu. Salah satu kamar itu punya kamar mandi dalam.
Dapur.
Dapur yang panjang. Tempat ternyaman untuk uji tuntas segala kreativitas. Kompor, panci, wajan, dan teman-temannya punya wadah disini. Semua ditata apik dan rapi.
Dan... kita masuk ke pekarangan belakang. 
Ada semacam jalan setapak yang memisahkan dua petak pekarangan. Pekarangan sebelah kanan dipenuhi tamanan sayur; tomat, cabai, ketela pohon, kacang panjang, labu siam. Di pojokan ada pohon pisang. Pekarangan sebelah kiri ditanami tanaman obat dan palawija; jahe, kunyit, lengkulas, daun sirih, dan sebagainya. Di pojokan ada kolam ikan, dimana gurame dan nila saling berebutan pakan.
Sementara di samping rumah, ada bungalow berukuran sedang, tempat tinggal sederhana untuk Mbk Nur, suami dan anaknya. Merekalah yang akan membantu mengurus rumah dan segala tetek bengeknya.
Halaman depan penuh dengan bunga. Mawar berwarna-warni. Ada pula bunga matahari. Pun pohon mangga yang meneduhkan. 

Masak sayur dari pekarangan sendiri. Ada tetangga yang sering datang ke rumah menawarkan telor ayam kampung dan susu sapi murni.
Setiap sore mengajari anak-anak kecil mengaji, atau belajar bahasa inggris, bahkan menggambar. Perpustakaan kecil diberdayakan. Semua boleh baca, tanpa pungutan.
Membuaka sebuah toko buku tak jauh dari rumah, sekadar menambah silaturahmi dengan pelanggan. Sekali-kali menulis cerpen atau novel untuk dikirimkan ke majalah anak-anak atau penerbit, siapa tau dimuat.

Pagi hari pergi ke sawah. Menengok padi, jambu, jagung, semangka, atau sejenisnya. Zuhur pulang ke rumah dan berjamaah di masjid. 
Sekali dua kali keliling desa sambil menyapa anak-anak kecil tetangga. Terkadang mampir menengok yang sakit.
Jalan-jalan pagi menjadi olahraga yang harus. Tidak perlu lama, sekadar menggerakkan otot saja. Dan mensyukuri nikmat kesehatan dan semua rejeki yang diberikanNya.

Seminggu sekali atau dua kali pergi ke kota membeli yang tidak ada disini, sambil melihat-lihat jalan raya dan kesibukannya.

Kehidupan di desa seperti itu, yang tenang dan damai dan indah, masih ku cita-citakan.
Dalam semua skenario itu, 
Jika Allah mengizinkan, 
masih ada aku, dan kamu.
Jika Allah mengizinkan, 
Melewatkan mas tua yang damai, bersamamu.

Semoga Allah membaca tulisan ini dan mengabulkannya. 
Aminnn.....



Komentar

  1. jangan luupaaa, kalo aku nginep boleh yaaa? sambil bawa anak cucu juga tapinya... trus aku maunya dimasakin ikan asin, sayur asem, sambel trasi....

    if there would be perfect world, i want the perfect one too... dan, perfect itu yang seperti apa sih? juga apakah must be perfect to make our life happy? saya kira hanya kita masing2 yang bisa jawab ya mb.... hahhahaah...
    i do really enjoying my own life now, dengan keadaan yang seperti saya sekarang ini tentunya, apakah perlu saya mencari kebahagiaan lain yang belum tentu juga bisa membuat saya lebih bahagia dr apa yang saya rasakan sekarang,,, (nunut curhat ya mb... hahhahah)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bu linthung, saya tidak bisa akses blogmu looohhh... wes ditutup to?

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer